Perjuangan Sunyi Habib Fahmi Assegaf Membangun Pendidikan Islam di Palabuhanratu

- Admin

Minggu, 8 Juni 2025 - 21:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perjuangan tanpa pamrih Habib M. Fahmi Assegaf di Palabuhanratu menjadi saksi dedikasi seorang tokoh agama dalam membangun pendidikan Islam dari nol.

Perjuangan tanpa pamrih Habib M. Fahmi Assegaf di Palabuhanratu menjadi saksi dedikasi seorang tokoh agama dalam membangun pendidikan Islam dari nol.

GELIATMEDIA.COM – Di tengah keterbatasan dan tanpa dukungan pemerintah, Habib M. Fahmi Assegaf, tokoh agama dan masyarakat Palabuhanratu, memilih jalur sunyi dalam mengabdikan diri pada pendidikan Islam.

Sejak 2016, ia mendirikan Yayasan Mahabbaturrosul di Kampung Batu Sapi, membina lembaga pendidikan dari jenjang PAUD hingga pondok pesantren tanpa memungut biaya dari masyarakat.

Dalam wawancara, Habib Fahmi mengungkapkan kekhawatirannya soal masa depan lembaga yang ia rawat dengan sepenuh hati.

“Saya sering berpikir, bagaimana nanti nasib para santri, jamaah majelis, dan murid-murid kalau saya wafat. Siapa yang akan tanggung jawab untuk listrik, makan, dan kebutuhan operasional dari PAUD sampai pondok pesantren?” tuturnya lirih.

Ketiadaan donatur tetap menjadi alasan utama perjuangan ini berjalan berat. Guna memastikan kelangsungan yayasan, Habib Fahmi merintis usaha mandiri dengan mengolah limbah kayu dari pesisir Loji menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomi.

Baca Juga :  Babinsa Koramil 2202/Palabuhanratu Pantau Giat Masyarakat Paska Pelantikan Presiden Dan Wapres Dan Umumkan Kabinet Merah Putih

Bersama para santri, ia memproduksi lampu hias, ukiran, gantungan kunci, hingga perabot rumah tangga kecil dari kayu bekas yang semula hanya dibakar di pantai.

“Semua kami buat sendiri. Terkadang santri juga ikut bantu. Hasilnya kami jual, dan uangnya untuk operasional yayasan. Jadi, Mahabbaturrosul berdiri dari keringat sendiri,” jelasnya.

Yayasan Mahabbaturrosul saat ini mengelola PAUD, Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA), Majelis Qur’an, serta pondok pesantren. Seluruh layanan diberikan gratis, termasuk penyediaan seragam bagi para santri.

“Saya lihat masyarakat di sini dulu sangat terabaikan. Banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tak punya akses pendidikan agama. Itu yang mengetuk hati saya untuk mendirikan Mahabbaturrosul,” ujarnya.

Menurut Habib Fahmi, proses kreatif mengolah limbah kayu bermula dari kejenuhannya melihat limbah kayu berserakan di pesisir pantai. Setelah mencoba mengolahnya, ia mendapati bahwa kayu-kayu tersebut bisa disulap menjadi barang bernilai jual.

Baca Juga :  Diduga Adanya Jual Beli Jabatan di Pemerintah untuk Mendapatkan Posisi Strategis

“Awalnya hanya iseng. Tapi ternyata bisa jadi gantungan, ukiran, lampu. Dan bisa dijual. Saya percaya, ini bagian dari jalan berkah,” katanya.

Dalam sehari, ia mampu memproduksi hingga tiga lampu hias. Sementara untuk ukiran, waktu pengerjaannya bergantung pada tingkat kerumitan. Harga produk berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp750 ribu.

Sempat mendapat dukungan dari PLN Indonesia Power Palabuhanratu berupa penyediaan galeri pamer karya dan pembelian beberapa lampu hias, tantangan pemasaran masih menjadi kendala utama. Galeri yang berlokasi di dekat kantor Kecamatan Palabuhanratu itu sepi pengunjung.

“Sudah ada galeri dari PLN Indonesia Power, dan alhamdulillah mereka juga sempat beli beberapa lampu. Tapi karena tempatnya jarang dikunjungi orang, dagangan kami banyak yang nganggur. Sayang sekali,” ucapnya.

Baca Juga :  Babinsa Koramil 2202/Palabuhanratu Laksanakan Pendampingan Pendataan Angka Kelahiran Di Pustu Puskesmas Citarik

Ia berharap Pemerintah Kabupaten Sukabumi turut serta mendukung perjuangannya, tak sekadar memandang karya tersebut sebagai produk UMKM semata.

“Seharusnya ini bisa dibantu pemerintah daerah, mungkin lewat pameran rutin, dibuatkan outlet atau dibantu pemasarannya. Karena ini bukan untuk pribadi saya, tapi untuk keberlangsungan pendidikan Islam, untuk masa depan anak-anak kampung ini,” tegasnya.

Saat ini, jumlah santri mukim di pondok hanya 15 orang, dengan murid MDTA sebanyak 41 anak. Meski jumlah menurun, semangat Habib Fahmi tak pernah surut.

“Bagi saya, ini bukan hanya soal pendidikan. Ini jalan perjuangan untuk membela Islam. Dan selama masih ada napas, saya akan terus berjuang untuk mereka,” pungkasnya.***

 

Reporter : Asep T

 

 

 

Follow WhatsApp Channel geliatmedia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

RSUD Palabuhanratu Tangani Korban Diduga Keracunan Makanan Bergizi Gratis
Kampung Nelayan Merah Putih Jadi Simbol Kebangsaan dan Pemberdayaan Masyarakat
Anggota DPRD Sukabumi H. Junajah Gelar Reses, Fokus Serap Aspirasi Masyarakat
Dishub Kabupaten Sukabumi Ikuti Upacara Harhubnas Tingkat Jawa Barat 2025
Lahirkan Pimpinan Baru, Musda KNPI ke -16 DPD KNPI Jabar 2025-2028 Resmi Dilantik di Sukabumi
Dandim 0622 Sukabumi Dampingi Pamen Ahli Kodam III Siliwangi Hadiri Pelantikan DPD KNPI Jawa Barat
Dandim 0622 Tekankan Mahasiswa Baru STISIP Widiapuri Mandiri Jauhi Narkoba dan Hoaks
Hamzah Gurnita Serap Aspirasi Warga Gunung Buleud dalam Reses ke-III DPRD

Berita Terkait

Kamis, 25 September 2025 - 10:39 WIB

RSUD Palabuhanratu Tangani Korban Diduga Keracunan Makanan Bergizi Gratis

Selasa, 23 September 2025 - 15:33 WIB

Kampung Nelayan Merah Putih Jadi Simbol Kebangsaan dan Pemberdayaan Masyarakat

Senin, 22 September 2025 - 22:31 WIB

Anggota DPRD Sukabumi H. Junajah Gelar Reses, Fokus Serap Aspirasi Masyarakat

Minggu, 21 September 2025 - 13:06 WIB

Dishub Kabupaten Sukabumi Ikuti Upacara Harhubnas Tingkat Jawa Barat 2025

Sabtu, 20 September 2025 - 19:14 WIB

Lahirkan Pimpinan Baru, Musda KNPI ke -16 DPD KNPI Jabar 2025-2028 Resmi Dilantik di Sukabumi

Berita Terbaru

error: Content is protected !!